Articles

Ketahui Penyakit Udang Vaname yang Sering Merugikan Petambak di Indonesia

23 Juni 2021
-
3 Menit

Udang vaname merupakan komoditas perikanan budidaya yang sangat laris di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Udang vaname memiliki kelebihan dibanding beberapa spesies udang konsumsi yang lain.

Mengetahui Penyakit Udang Vaname Merupakan Lankah Awal dalam Mengambil Tindakan Pencegahan dan Pengobatan

Kelebihan yang dimiliki oleh udang vaname diantaranya pertumbuhan yang cepat dan dapat dibudayakan dengan kepadatan yang tinggi. Sehingga dapat menguntungkan pelaku usaha budidaya udang ini.

Namun dalam beberapa tahun terakhir beberapa pelaku produksi udang vaname sempat mengalami kerugian. Penyebab kerugian tersebut karena hasil panen udang kurang dari target yang telah ditentukan, salah satu penyebabnya adalah infeksi bakteri pathogen yang menjangkit udang vaname.

Patogen merupakan organisme pembawa penyakit pada inang (udang). Patogen terdiri dari banyak mikroorganisme akuatik, seperti bakteri, virus, jamur, atau protozoa.

Sebenarnya banyak jenis pathogen yang hidup di tambak udang. Namun hal ini akan berbahaya jika pathogen tersebut bertambah jumlahnya. Pemicu bertambahnya jumlah patogen ada dua, yaitu kualitas air (atau lingkungan) yang buruk dan kondisi imun udang yang lemah.

Berikut merupakan jenis-jenis patogen pembawa penyakit udang vaname yang sering merugikan petambak di Indonesia.

Vibriosis Merupakan Penyakit Bakterial yang Sering Menginfeksi Udang Vaname

Penyakit vibriosis merupakan infeksi bakterial yang sering  menyerang ekosistem tambak udang vaname. Bakteri vibriosis disebabkan oleh infeksi bakteri dari genus vibrio, seperti Vibrio harveyii, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio alginolyticus, dan sebagainya.

1. Early Mortality Syndrome / Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (EMS/AHPND)

Penyakit EMS (Early Mortality Syndrome) dan AHPND (Acute Hepatopancearic Necrosis Disease) disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus. Kedua penyakit tersebut menyebabkan kematian pada udang stadia post larva hingga dewasa.

Dalam sebuah kasus AHPND menginfeksi juvenil atau benur udang vaname dengan angka kematian 100 persen dalam kurun waktu 10 sampai 35 hari setelah ditebar. Bakteri Vibrio parahaemolyticus, yang secara alami ditemukan di perairan pesisir dan muara dan menyebabkan EMS/AHPND, mengandung dua gen beracun yaitu Pir A dan Pir B. Non-V.

Gejala klinis yang ditunjukkan dari udang yang terkena bakteri Vibrio parhaemolyticus yaitu kosongnya saluran pencernaan dan hepatopankreas berwarna pucat dan mengecil, kulit menjadi lunak, dan bintik hitam pada hepatopankreas. Kematian dapat terjadi pada hari ke-10 setelah tebar dan udang yang lemas tenggelam didasar kolam.

2. White Feces Disease (WFD)

Penyakit WFD (White Feces Disease) kebanyakan disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyii dan Vibrio parahaemolyticus. Penyakit ini ditandai dengan keluarnya feses yang berwarna putih pada udang vaname.

Feses tersebut merupakan organ pencernaan udang yang rusak, lalu membusuk dan menyatu bersama dengan kotoran. Selain keluarnya feses yang berwarna putih, udang yang terinfeksi bakteri WFD akan mengambang di permukaan kolam dan tidak dapat berjalan di dasar kolam.

Penyakit Akibat Virus yang Dapat Menginfeksi Udang Vaname

1. Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)

IMNV dikenal juga sebagai Infectious Myonecrosis Virus yang merupakan virus yang sangat berbahaya dan dapat menginfeksi udang vaname. Infeksi IMNV mampu membunuh hingga 70% populasi udang.

Penyakit IMNV ini menjadi salah satu penyakit penting yang telah memengaruhi industri budidaya udang vaname baik di Indonesia maupun di dunia. Penyakit myonecrosis biasanya terjadi secara akut di tambak dengan tingkat kematian yang tinggi dan gejala klinis pada udang muda, kemudian perjalanan penyakit menjadi kronis dengan tingkat kematian yang tinggi.

Gejala klinis udang yang terinfeksi IMNV yaitu tubuh udang yang pucat (putih), terdapat warna merah hingga oranye mulai bagian kaki hingga ekor. Jika sudah parah, jaringan otot udang akan mati, terutama pada bagian hepatopankreas. Lalu pada segmen badan terdapat seperti gumpalan awan putih.

Pengujian IMNV hanya bisa dilakukan skala laboratorium molecular dengan menggunakan PCR. Biasanya udang yang telah didiagnosa terkena penyakit ini akan langsung dilakukan pemanenan untuk mencegah virus ini menyebar dan mematikan seluruh populasi. Penyebaran virus ini erat kaitanya dengan salinitas yang rendah di tambak.

2. White Spot Syndrome Virus (WSSV)

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus berbentuk batang dan belum dapat diklasifikasikan. Keistimewaan virus ini memiliki resistensi terhadap reaksi fisika dan kimia, sehingga cukup sulit untuk dikendalikan penyebaranya.

Di Indonesia, WSSV menyerang dua spesies komoditas udang, yaitu udang windu (Penaeus monodon) dan vaname (Litopenaeus vannamei). Parahnya virus ini dapat menyerang berbagai ukuran kedua spesies udang tersebut, mulai dari benur hingga induk.

Secara morfologis, gejala klinis yang tampak pada udang yang terinfeksi virus WSSV biasanya berbentuk titik hingga lingkaran kecil pada kulit, Terkadang disertai oleh kemerahan pada seluruh tubuh,

Gejala tersebut disertai dengan membesarnya hepatopankreas dan berwarna putih kekuningan, hilangnya nafsu makan. Setelah beberapa hari terinfeksi, sebagian udang akan berenang di atas permukaan air pinggiran kolam.

Penyakit ini hanya bisa dideteksi secara molekular dengan menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction)

3. Tahura Syndrome Virus (TSV)

Dikenal sebagai sindrom taura yang disebabkan oleh virus TSV (Taura Syndrome Virus). Virus ini pertama ditemukan di Indonesia sekitar awal tahun 2000an, saat itu virus menyerang berbagai tambak di Provinsi Bali, Jawa Timur, dan Kepulauan Madura.

Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, TSV menyerang udang vaname pada usia 14 hari hingga usia panen. Meskipun dampaknya tidak seperti virus-virus lain yang mematikan dengan cepat, kita harus berhati-hati dengan keberadaan virus TSV ini.

Keberadaan virus ini akan mematikan udang dengan cepat apabila terjadi infeksi sekunder. Maksudnya infeksi sekunder yaitu ada tambahan infeksi dari mikroorganisme lain dalam tambak udang vaname.

Udang yang terkena virus TSV menunjukkan gejala tubuh yang putih memucat dengan bercak hitam bermunculan di area tubuh udang. Selain itu organ pencernaan udang akan menjadi kosong dan hancur, karena udang yang terjangkit virus tidak ingin makan.

Penyebaran virus TSV biasanya akan cepat terjadi ketika siklus moulting, karena virus ini menyerang langsung kedalam jaringan ikat udang. Kanibalisme juga menjadi sebab dari virus ini menginfeksi populasi udang dengan cepat.

4. Infectious Hypodermal and Hematopoetic Necrosis Virus (IHHNV)

Salah satu jenis virus yang umum menyerang tambak udang vaname di Indonesia. Infectious Hypodermal and Hematopoetic Necrosis Virus (IHHNV) yang menginfeksi udang memiliki gejala klinis yaitu udang menjadi  kerdil atau yang lebih dikenal dengan Runt Deforminty Syndrome (RDS) dan berbagai cacat kutikula udang, khususnya pada daerah rostrum, antena, dada, dan abdomen.

Selain cacat pada bagian anggota tubuh, udang yang terkena penyakit IHHNV juga menujukkan gejala perubahan warna menjadi lebih putih pada bagian otot abdomen. Terdapat pula memar pada bagian otot dan bentuk rostrum yang tidak sempurna.

Berikut merupakan penyakit bakteri dan virus yang sering melanda tambak udang vaname. Kamu bisa mendapatkan informasi terkait akuakultur lainya hanya di deheus.id.