Articles

Aspergillosis: Penyakit Unggas yang Sering Diremehkan

19 November 2021
-
3 Menit

Aspergillosis merupakan penyakit yang biasanya terjadi akibat ayam menghirup spora jamur dari pakan atau litter yang terkontaminasi. Meskipun jarang ditemukan, penyakit tersebut masih sering dijumpai pada ayam pedaging maupun petelur. Meskipun tidak sepopuler penyakit Newcastle Disease atau gumboro, penyakit fungal ini cukup menimbulkan kerugian bagi peternak ayam.

Penyakit Aspergillosis dapat menyerang secara akut pada ayam muda, biasanya dapat menyebabkan kematian yang tinggi, sedangkan untuk ayam yang lebih tua. Kejadian penyakit ini cenderung bersifat kronis dan menganggu performa produksi ayam.

Penyebab dan Mekanisme Penularan

Aspergillus fumigatus merupakan jamur penyebab utama aspergillosis. Spesies jamur ini dapat berkembang pada bahan organik di lingkungan lembap dan suhu hangat (+25°C). Biasanya terdapat pada sistem ventilasi, sekam, litter, pakan, atau kerabang yang rusak.

Layaknya penyakit infeksius pada umumnya, aspergillosis biasanya identik dengan manajemen pemeliharaan yang buruk. Beberapa gfaktor yang dapat meningkatkan kejadian penyakit yaitu berasal dari tingkat stress suhu, kadar amonia, debu, populasi terlalu padat, dan faktor lain yang menyebabkan imunosupresi.

Mekanisme infeksi aspergillus dimulai ketika ayam menghirup spora jamur dari tempat yang terkontaminasi. Ukuran spora yang kecil menyebabkan spora mudah masuk melalui saluran pernapasan bagian atas dan terakumulasi di paru-paru dan kantung airsac, kemudian jamur berkembang hingga masuk melalui aliran darah dan jaringan lain (otak, sumsum tulang, ginjal, atau jantung).

Kejadian ini dapat menjadi buruk apabila terdapat granuloma di paru-paru yang menghambat aliran darah, sehingga menyebabkan asites. Beberapa spesies Aspergillus sp. juga menghasilkan toksin (glikotoksin) yang mengganggu kekebalan tubuh dan cytotoxic yang menyebabkan kerusakan sel. Selain toksin, terdapat enzim protoleotik yang mengganggu jaringan tubuh ayam.

Gejala Klinis

Ketika terserang penyakit aspergillosis, gejala klinis akan tampak pada umur 3-5 hari, yaitu berupa gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas. Gangguan tersebut diikuti dengan kematian yang cepat.

Apabila gejala sudah akut, tingkat kematian akan bervariasi antara 5-50% pada umur 1-3 minggu pertama. Ayam yang mampu bertahan akan lemah dan sering menunjukkan gangguan pernapasan kronis, sebingga pertumbuhan menjadi terhambat.

Pada infeksi kronis ayam dewasa, gejala klinis tidak selalu dapat diamati. Namun terdapat gangguan pernapasan yang bersifat progresif dan terdapat lendir di trakea.

Lesi yang ditimbulkan oleh asperigillosis dapat ditemukan pada saluran pernapasan (trakea, bronkus, paru-paru, dan kantong udara). Ukuran lesi bervariasi mulai dari 1-9 mm dengan warna putih hingga kuning. Koloni sporulasi Aspergillus fumigatus berwarna biru kehijauan ketika dilihat dengan mata telanjang.

Terdapat granuloma yang terletak pada otak, mata, dan organ dalam. Infeksi juga terjadi pada organ mata. Dimulai dari mata beraor, kemudian menjadi radang pada bagian conjunctiiva.

Diagnosa Penyakit

Gejala penyakit pernapasan selama umur dua minggu pertama yaitu ditemukan plak pada kantung udara dan nodul paru-paru. Hal tersebut hampir sama dengan gejala infeksi penyakit bakterial

Untuk mengetahui secara pasti penyakit aspergillum, dapat dilakukan isolasi kultur jaringan yang berasal dari plak atau nodul yang terdapat pada kantong udara kemudian diidentifikasi jamur penyebabnya. Identifikasi dilakukan secara mikroskopis, aspergillum dapat dibuktikan dengan terdapatnya hifa pada ayam yang mengalami aspergillosis.

Tindakan yang Harus Dilakukan

Ketika mengetahui penyakit tersebut merupakan aspergillosis, yang pertama harus dilakukan yaitu mengurangi dan menghilangkan paparan spora. Ayam yang menunjukkan gejala sebaiknya disingkirkan (diafkir).

Terapi yang dapat dilakukan yaitu pemberian antifungal seperti nyastatin, ketoconazole, miconazole, atau itraconazol. Beberapa tindakan tambahan yaitu dengan menambahkan antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit sekunder akibat bakteri.

Kematian akibat penyakit ini dapat ditekan dengan pemberian enilconazoke, thiabendazole, atau yang lainya. Aplikasikan obat tersebut pada litter ataupun pakan yang sudah disterilkan terlebih dahulu.

Mencegah Timbulnya Penyakit

Pencegahan merupakan cara terbaik untuk mengurangi penyakit ini. Tindakan pencegahan dilakukan mulai dari desinfeksi hatchery, penyimpanan telur tetas di tempat yang tidak terkontaminasi dengan debu, dan mengurangi kondensasi air pada telur. Dilakukan pula pembersihan rutin pada peralatan hatchery, ventilasi, dan saluran udara secra berkala.

Keberadaan pakan dan litter harus dihindarkan dari debu dan jamur. Penyimpanan pakan harus memperhatikan beberapa faktor, seperti pakan yang ditempatkan pada tempat yang tidak terlalu lembab, penambahan alas palet, dan penempatan yang tidak menempel pada dinding.

Pakan yang diberikan pada ayam harus menerapkan prinsip FIFO (first in first out) atau didahulukan menggunakan pakan yang memiliki tanggal kadaluwarsa lebih dekat. Kebersihan tempat pakan juga harus dijaga.

Manajemen kandang yang baik merupakan kunci untuk meminimalisir timbulnya penyakit infeksius. Selain itu, gunakan pakan yang berkualitas untuk meningkatkan kekebalan tubuh ayam dari penyakit. De Heus Indonesia menyediakan pakan berkualitas untuk pertumbuhan dan produksi ayam yang lebih maksimal!